Rabu, 13 Agustus 2014

Mempersiapkan generasi muda menghadapi era Pasar Bebas ASEAN

Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area, AFTA) adalah sebuah persetujuan oleh ASEAN mengenai sektor produksi lokal di seluruh negara ASEAN yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis produksi dalam pasar dunia melalui penghapusan bea dan halangan non-bea dalam ASEAN dan untuk menarik investasi asing langsung ke ASEAN.
Sebagai generasi muda, kita perlu merubah mental dan cara pandang dalam menghadapi perdagangan bebas di negara-negara kawasan. Sebab, tak hanya anggota ASEAN, negara maju lain juga ikut serta di dalamnya. Jangan kita lihat hal ini sebagai ancaman, tapi juga lihat sebagai peluang misalnya dalam aspek sosial dan budaya.
Salah satunya memadukan intelektualitas, kreatifitas dan teknologi dengan warisan kebudayaan Indonesia yang pada intinya kita mengekspor budaya kita ke negara lain. Sebagai contoh kita bisa membuat film animasi berkarakter asli Indonesia, misalnya Sangkuriang, Malin Kundang, Siti Nurbaya, yang dapat diperkenalkan ke dunia barat. Kemudian peragaan busana batik dan songket di kancah internasional, perlombaan memasak resep asli Indonesia dalam festival internasional, mempromosikan destinasi cantik dalam negeri, hingga pengenalan bahasa pemersatu bangsa yaitu bahasa Indonesia ke institusi-institusi mancanegara.
Selain bahasa Indonesia, ada banyak bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia karena banyaknya suku bangsa. Dari hal itu kita bisa memperkenalkan bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari dalam beraktivitas. Kita bisa tunjukkan bahwa Indonesia ini beragam suku, beragam bahasa, namun jika kami dipersatukan, bahasa pemersatu akan tetap selalu dijunjung yaitu bahasa Indonesia.
Disamping aspek sosial dan budaya juga aspek yang utama adalah dalam bidang kewirausahaan.  Generasi muda bisa membuat berbagai kegiatan diantaranya yaitu menciptakan usaha sendiri (selagi mahasiswa), mensosialisasikan MEA dan mengajak kaum muda lain untuk meningkatkan daya wirausaha sehingga usaha-usaha baru akan muncul dan bisa mempertahankan perekonomian negara. Generasi muda merupakan salah satu tonggak keberhasilan tujuan negara, karena kaum mudalah pemegang keberlanjutan negara.
Sebenarnya kita bisa melakukan berbagai hal, misalnya saja Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia aktif mewadahi semacam forum anak muda di tingkat regional ASEAN yang membahas isu-isu pada tiga pilar utama serta ide-ide akan solusinya. Membuat kompetisi sains dan teknologi bagi pelajar dan mahasiswa, agar dapat bersaing di era milenium ini. Adakan parlemen pemuda yang membahas inovasi kreatifitas berwirausaha, karena melalui wirausaha kita dapat membangkitkan jiwa kepemimpinan sejati dan pada akhirnya berguna bagi kemajuan bangsa dan negara.

Tema: Pengaruh Penggunaan Bahasa Asing di Sekolah Bilingual Terhadap Eksistensi Bahasa Indonesia di Kalangan Siswa Judul: Bahasa Asing, Sinyal Ancaman Hilangkan Identitas Bahasa Indonesia

Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Begitu pula keeksistensian bahasa Indonesia bila dibandingkan dengan bahasa asing yang sudah tidak asing lagi merasuk ke dalam sendi-sendi budaya kehidupan kita. Penggunaan bahasa asing yang semakin marak di kalangan remaja terutama siswa sekolah merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa Indonesia sehingga tidak dapat dipungkiri di masa yang akan datang bahasa Indonesia bisa hilang karena tergeser oleh bahasa asing.
 Teringat suatu kalimat yang sangat familiar, "Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Kalimat tersebut merupakan bunyi alenia ketiga sumpah pemuda yang telah dirumuskan oleh para pemuda pendiri bangsa Indonesia. Bunyi alenia tersebut jelas menandakan bahwa yang menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia.
Pendidikan Indonesia mulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Universitas memiliki kurikulum dan pelajaran tentang bahasa Inggris. Ini dilakukan agar sumber daya manusia Indonesia dapat ikut andil dalam globalisasi dunia. Seiring pula dengan datangnya sekolah-sekolah berlabel internasional seperti sekolah bilingual yang menekankan kemampuan siswanya untuk berbahasa Inggris telah membuat eksistensi bahasa Indonesia patut dipertanyakan. Betapa tidak, dari masalah ini nampak terlihat bahwa penggunaan bahasa Indonesia di kalangan siswa sekolah bilingual tersebut mulai bergeser dibandingkan dengan penggunaan bahasa Inggris yang sudah sangat sering digunakan baik dalam percakapan atau pun bersosial media. 
Sekolah bilingual tidak hanya didirikan pada tingkat SMP atau SMA saja, bahkan dari tingkat TK pun ada. Banyak orang tua merasa nyaman menyekolahkan anak balitanya ke TK Bilingual agar kelak mampu berbahasa asing. Namun mengingat umur yang masih balita tersebut, seharusnya para orang tua berpikir. Anak dengan umur balita tersebut jangankan untuk berbahasa asing, bahasa Indonesia saja pun belum lancar. Justru seharusnya para orang tua mengajari anak-anak balitanya menggunakan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa ibunya sendiri agar kelak mereka tidak hanya bangga menggunakan bahasa asing, namun mereka pun mempunyai kecintaan terhadap bahasa Indonesia.
Memang sangatlah ironis. Banyak fakta mengungkapkan dengan adanya sekolah bilingual yang berbasis bahasa Inggris ini menyebabkan nilai-nilai para siswa semakin memburuk. Hal ini ditandai dengan sebuah keharusan para siswa untuk menggunakan bahasa Inggris di saat mereka sedang belajar biologi, matematika, atau pelajaran lain di luar bahasa Inggris. Dengan contoh kasus seperti itu, banyak para siswa yang pintar namun tidak pandai berbahasa Inggris sulit untuk mengungkapkan segala ide, pikiran, atau gagasan yang ada dalam pikiran mereka. Seandainya mereka diberi kebebasan untuk mengungkapkan semua ide-ide mereka dalam bahasa Indonesia, maka mereka sudah memfungsikan bahasa Indonesia untuk mendukung semua kegiatan yang diperlukan pada kehidupan di usia mereka terutama dalam kegiatan belajar mengajar.
Selain itu dengan adanya pemaksaan penggunaan bahasa Inggris akan berdampak pada psikologis anak mencapai kematangan untuk berbahasa ibu. Apabila anak dipaksa terlalu fokus pada penggunaan bahasa Inggris, ia akan mengalami kejomplangan atau ketidakseimbangan dalam pemahaman dan kecerdasan terhadap bahasa Indonesia. Alhasil, meskipun kemampuan intelektual sang anak jauh di atas rata-rata, kemampuan untuk menyeimbangkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia tidak terkontrol. Inilah yang mengganggu psikologis anak.

Satu hal yang membedakan mengapa bahasa Inggris mampu menjadi bahasa internasional dan tidak dengan bahasa Indonesia adalah karena mereka mempunyai jati diri dan mampu mempertahankan yang seharusnya mereka pertahankan. Oleh karena itu, selain menyiapkan kencangnya arus globalisasi pada generasi muda terutama siswa sekolah untuk menguasai bahasa asing, maka diperlukan juga usaha untuk menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman serta kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Para orang tua, guru dan pemerintah sangat dituntut kinerja mereka dalam menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan anak-anak Indonesia terhadap bahasa Indonesia. Dengan demikian, penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan pada masa depan dapat meningkat. Hal ini pun perlahan akan mendorong bahasa Indonesia agar mengglobal sehingga suatu saat nanti bahasa Indonesia dapat dijadikan sebagai bahasa Internasional. Bukankah hal seperti ini akan membuat bahasa Indonesia mudah digunakan dimana-mana?

SEPUCUK SURAT UNTUK IBU

Senja nan elok di sore hari. Cakrawala langit maha karya-Nya yang tiada tandingannya telah menggugah hatiku untuk terpaku memandanginya. Sore itu aku duduk di kursi kayu beranda rumah. Amatlah asing pandangan mata ini yang baru kali ini takjub akan indahnya senja. Sambil memandangi langit sore, sebenarnya aku sedang menunggu. Menunggu kedatangan pak pos untuk mengirim surat yang berisi sesuatu. Aku tidak tau pasti apa isi surat itu, namun apa daya. Siang hari tadi ibuku menyuruhku untuk menerima surat yang akan diantar oleh pak pos sore ini. Saat aku bertanya mengenai isi surat itu, ibuku hanya bilang, “Bukan surat apa-apa. Kamu tidak perlu tau.” Begitulah beliau menjawab pertanyaanku.
            Sambil menunggu, aku bermain-main dengan kucing kesayanganku. Kuelus-elus bulunya yang lembut dan bersih. Tak berapa lama terdengar suara knalpot motor yang bising. Aku yakin itu suara motor pak pos yang memang biasanya mengantar surat-surat dengan motor berknalpot bising itu. Ternyata benar. Aku langsung menuju pagar rumahku. Terlihat pak pos memberhentikan suara motornya dan turun dari motor. Ia membuka resleting tasnya yang pastinya mencarik surat untukku.
            “Sudah menunggu lama ya, dik?” tanyanya.
            “Tidak pak. Hanya sebentar saja.” Jawabku.
            “Ini ada surat ditujukan untuk ibu Sutinah. Tolong sampaikan pada ibumu ya, dik.”
            “Baik pak. Terima kasih.”
            Setelah kuterima surat itu, segera aku masuk ke dalam rumah untuk memberikan surat itu pada ibu. Ibu sedang menjahit rok sekolahku di kursi ruang tamu yang terbuat dari kayu. Tanpa basa basi, aku katakan bahwa pak pos sudah datang dan langsung kuberikan surat itu. Aku langsung pergi menuju kamarku dan sengaja pintunya tak kututup rapat-rapat. Diam-diam, aku mengintip ibu dari celah pintu. Ibu mulai membuka isi surat dari amplop putih itu. Setelah kurang lebih 2 menit terpaku atas kertas itu, ibu mulai meneteskan mata. Entah apa isi surat itu. Ibu terhanyut. Kerudung hitamnya basah untuk mengelap air matanya. Lalu aku sebagai anaknya apakah akan diam saja melihat ibu menangis? Tapi jujur aku tak tega melihat ibu menangis setelah membaca isi surat itu. Disisi lain, saat tadi siang kutanya isi surat itu, ibu terlihat seperti tidak mau memberi tahu apa-apa tentang surat itu.
            Aku tak tega. Jujur aku tak tega. Belum pernah kulihat ibu menangis. Aku sungguh tak tega! Aku ingin nangis. Sungguh! Namun tanpa berpikir panjang, aku keluar dari kamarku dan kudekap ibu yang sedang menangis. Aku belum bertanya alasan ibu menangis. Kubiarkan ia menangis dalam dekapanku. Tanpa terasa, air mataku pun menetes membasahi pipiku. Tetes demi tetes hingga aku tak kuasa mendengar ibu yang semakin terisak menangis. Aku pun menangis sedu. Entah kapan aku harus mengakhiri tangisan ini dan entah kapan aku akan mulai bertanya pada ibu. Namun setelah kuusap punggung ibu yang sedang terisak, sepertinya tangisan ibu mulai mereda. Ia mengusap air matanya dan mulai memandangiku. Sepertinya ada sesuatu yang ingin ia katakan. Ayolah bu, ceritakan ada apa. Benakku.
            “Maafkan ibu ya, nak. Ibu bukan seorang wanita yang bisa membahagiakanmu.”
            Dengan air mata masih menetes di pipiku, aku berusaha untuk berbicara walaupun rasanya susah. “Ibu, ada apa? Mengapa ibu menangis? Aku tidak tega melihat ibu menangis seperti ini.” tanyaku.
            “Surat ini dari ayahmu. Ibu mau jujur, nak. Selama ini ibu selalu bilang bahwa ayah kerja di luar negeri. Sejak kau lahir di dunia ini hingga detik ini, kau belum pernah melihat sosok ayahmu. Maafkan ibu, nak. Sebenarnya ayah tidak kerja di luar negeri. Sejak sebelum kau lahir, ayah memang sudah meninggalkan ibu. Tapi kamu memang benar darah daging ibu dan ayah. Tenang, nak. Kamu bukan anak haram yang hamil di luar nikah. Kamu anak sah. Ayah meninggalkan ibu karena ayah disuruh oleh ibunya yaitu nenek kamu, untuk meninggalkan ibu yang secara garis kelahiran berasal dari turunan orang tidak mampu. Ayah itu orang berada dan nenekmu tidak ingin ayah menikah dengan gadis miskin seperti ibu saat itu. Jujur hingga saat ini, ayah tidak pernah mengabari keadannya. Tidak pernah menanyakan kabar ibu juga tidak pernah menanyakan kabar anaknya yaitu kamu.
Ibu semalam bermimpi mendapat surat dari ayahmu. Mimpi itu terlihat seperti akan menjadi kenyataan. Maaf tadi ibu menyuruhmu menunggu pak pos karena ibu takut kalau mimpi itu hanya sekadar mimpi dan ibu sudah berharap terlalu lebih untuk mengetahui semua tentang ayahmu, makanya ibu menyuruhmu menunggu. Dan ternyata memang benar ibu mendapatkan surat ini. Maaf juga, nak. ibu tadi tidak mau memberi tau tentang surat ini. Tapi pada saat tadi ibu menangis dan kamu mendekap ibu, ibu berpikir mungkin ini saatnya ibu katakan yang sejujurnya padamu. Ibu pikir kamu sudah beranjak dewasa.
Dan sekarang di surat ini adalah pertama kalinya ayah memberi tahu keadaannya dan segalanya yang berkaitan tentang dirinya. Saat ini ayah sudah bahagia bersama keluarga barunya. Ini foto mereka di Malaysia karena saat ini mereka tinggal di Malaysia. Ini sepertinya anak tertuanya yang mungkin sebesar kamu. Ini saudara kamu, nak. Jujur sebenarnya ibu terluka. Betapa ibu mencintai ayahmu. Dan saat ini beliau memperlihatkan kebahagiaan bersama keluarga barunya. Ibu harus mengikhlaskan. Dan kamu harus mendoakan ayah supaya ayah dilindungi Allah dan selalu diberikan kebahagiaan.“
Begitu ibu menjelaskan panjang lebar semuanya padaku. Kini aku mengerti mengapa ibu sering mengatakan bahwa kita harus mendoakan kebahagiaan orang lain. Mungkin maksud tersirat ibu adalah mendoakan ayah yang tak pernah aku temui sama sekali dalam hidupku. Aku sudah salah kaprah. Selama ini aku merasa bahagia disaat segalanya berjalan sesuai dengan keinginan. Namun pada saat semuanya berubah menjadi sulit, terkadang aku menolak, tidak bisa menerima, penolakan demi penolakan terus muncul. Sehingga aku mulai membayangkan saat sebelum kesulitan ini datang dan saat yang akan datang ketika kesulitan ini berakhir. Aku merasa bahagia apabila ayah datang untuk melihat aku, melihat anaknya. Namun kini aku sadar, disaat ayah tidak ada aku harus menerima dan tidak ada penolakan yang muncul. Semua ini sudah terbuat dalam skenario Tuhan. Bahagia atau tidak bahagia semua orang telah memilikinya.
Ketika aku bisa mensyukuri apa yang telah aku miliki maka aku akan bahagia. Aku yakin bahwa Tuhan telah memberikanku hak untuk berbahagia. Aku harap ayah bahagia.


A PAIN FROM THE FIRST TIME

Love at the first time is different as love now. Everything has changed so fast. Especially him. I adore you since the first time until now. I do miss and love you, no reason. You said like that too at you were flirting at me. You said you were comfort just with me and I confess it. We’ve been through all the moment that we’ve known together. Slow by slow you hurt me like I’m an ass. You texted her, you said no. You called her for an hour just when I texted you hoping you replied me. But I knew you’re the one that got your heart away from me. When I slap you for the first time, we knew that was your fault, you said “thanks” to me like it was my fault I’ve been done.

Oh my God! This was like a movie. I’ve never experienced the way it is before. I thought this was just on a TV but I did. I’m sorry I cant make you love me. Your love is up but not for me. And the annoyed moment is when I got your nonchalant. Really I’m not doing all this anymore. I chased on you, I hope I can get your love as well. I don’t know what to do. Really! These times are hard. To be honest I’m not good enough to face this situation. But the only reason is my heart goes on every time. I hated the moment when you said you’re dead-feeling right now. I just wanna scream out loud. No matter I don’t care at all. So this things, what have we done? Is that blur off? Come on! I’ve given all my feeling, all my story, just to make you impress. Am I there in your heart? If only you know how it feels, I don’t know whether you’d stay or you’ll leave? Please I’m tired with all these fucking bullshit things. Thanks for making such a pain!

AKU ADALAH WANITA RAPUH

Terkadang malam-malamku itu terlalu renyah. Sepi merana berkepanjangan. Aku terbiasa menerima pesan sms dari kamu. Bercanda ngalor-ngidul sampai larut malam. Tapi kini semuanya berubah. Kini malam-malamku hanya ditemani oleh temaramnya lampu kamar yang menempel diatas plafon atap. Terkadang aku membuka laptop hanya untuk melihat foto-foto kamu yang aku colong dari facebook lalu senyum-senyum sendiri tak jelas karenanya. Terkadang pula aku hanya melihat nomor teleponmu di handphoneku bermenit-menit seraya ngebatin, “kapan lagi aku bisa sms kamu kayak dulu?” dan aku pun tak pernah punya keberanian untuk sms apalagi telpon kamu. Sekali waktu pun pernah aku miscall kamu tapi ku privat nomorku supaya tidak diketahui. Terkadang pula aku hanya tidur-tiduran dikasur dan kupeluk guling kesayanganku seolah kubayangkan bahwa guling yang kupeluk itu adalah kamu dan bahkan terkadang aku sering tidur larut malam hanya untuk membayangkan kenangan manis kita saat dahulu kita masih bersama lalu tiba-tiba air mataku menetes dengan deras membasahi bantalku.

Apakah kamu pernah merasakan apa yang aku rasakan? Apakah memang benar bahwa saat ini aku benar-benar tak bermakna dihatimu bahkan dimatamu lagi? Sampai kapan aku harus kayak gini sama kamu? Sampai kapan kamu melihatku dengan sebelah matamu? Sampai kapan kamu selalu meracuni otakku bahkan organ tubuhku yang lain. Sebenarnya hatiku ini rapuh, aku menjerit kesakitan, bahkan sepertinya aku sudah tidak kuat menahan beban luka dan derita  setiap kali kulihat timeline twittermu mesra-mesraan dengan kekasih barumu, setiap kali ku lihat foto profil facebookmu dengan kekasih barumu dan sejujurnya rasa sakit hati ini lebih dahsyat daripada aku harus gagal meraih masa depanku. Gagal masuk universitas yang aku tuju tidak sebanding dengan rasa sakit hati yang telah kamu torehkan dalam hatiku ini. Kamu lihat itu! Aku adalah wanita rapuh.

TERUNTUK

Kutau hidup ini kian sulit tuk dijalani
Kian rumit tuk dipahami
Kau berjuang mencari jati dirimu
Di tengah-tengah puing kehancuran
Kacaunya pikiran yang menjalar otak
Matinya rasa menuju kehampaan
Biarkanlah hidup ini berjalan sesuai takdir Tuhan
Sayangku, aku sungguh mendukungmu
Aku sangat apresiasi pola pikirmu
Namun sayangnya...

Aku tak ingin menjadi boneka
Aku tak ingin menjadi hantu
Dan ibarat suatu pelabuhan
Mereka semua adalah ruang untuk mempermainkanku
Sukses menghampiriku dan berlari meninggalkanku

Diluar segala hiruk pikuk duniawi ini
Mulut burung-burung hina berkicauan
Gonggongan anjing menderu menjijikkan
Bahkan ayam berkokok pun seolah najis
Kau tau aku tak pernah peduli dengan semua itu
Otakku terdesain untuk percaya diri, untuk teguh
Hatiku enggan mendengar kekeh binatang tak berotak
Ingin kubunuh mereka semua yang tak berotak
Tak berperasaan...
Hingga pada akhirnya mereka bungkam
Bungkam mencerca kehidupan yang rumit ini

Keputusan adalah hal berat
Mana yang baik, mana yang buruk
Arungilah lautan hidup yang penuh suka duka
Aku bukan sebuah batu karang
Aku bukan pula baja berlapis timah
Aku adalah kapas di dalam air

Rasa yang menghampiriku
Bagaikan ku mendapat seonggok emas dalam karung
Bagaikan kupandangi wajahmu yang damai
Meskipun kupandangi seribu tahun lamanya
Aku tak bisa menolak menghadiri rasa dalam hidupku

Aku tidak pernah menemukan kedamaian sepertimu
Maka kukatakan „ya“
Dan padakulah kau menemukan hidup
Yang ingin kau raihnya engan penuh titian kesabaran
Tanpa seorangpun mampu mengguncangnya
Sekali lagi, aku mendukungmu

Abadi adalah milik-Nya
Aku tak bermaksud menyimpulkan ini karena-Nya
Dia yang menciptakan rasa
Dia yang menghentikan detak jantung
Namun...
Ada masa dimana asa tak menjadi asa
Puing-puing hati seolah menjadi serpihan abu
Berbekas tak abadi
Sejujurnya aku tak ingin
Mimpi-mimpi di kala tidurku
Yang mengharap keabadian rasa
Akankah pupus, akankah sirna?
Kau tau mimpi-mimpi dan semua khayalanku itu
Namun apa yang kurasakan seolah kau tak pernah menyentuhnya
Mengapa disaat mimpi ini ingin kuraih?
Mengapa? Mengapa? Jawab!

Aku layaknya anak-anak dari ibu berambut putih, bermuka keriput
Ingin membelikan baju untuk ketujuh anaknya
Yang masih kecil dan lugu
Beliau tawar menawar baju ke penjual dengan harga seminim mungkin
Agar ketujuh anaknya bisa memakai baju baru
Namun sayangnya penjual itu diam tak berbelas kasihan
Hingga pada akhirnya si kecil dan si lugu itu
Menangis meronta-ronta bermalam-malam
Tanpa mereka tau, kapan air mata mereka akan habis

Setelah hatiku sunyi, aku terdiam
Kuharap cerita pilu asa dalam hidupmu
Kan memberi hasil
Kuharap kau tetap berpegang teguh
Tentang apa yang kau katakan di taman
Di kala menjelang senja
„Kau tak akan berubah
Kau memiliki rasa untukku
Kau takkan pergi dengan bunga-bunga indah yang lain
Kau tetap kan melihatku
Kau hanya ingin menjalani hidup ini
Kau hanya butuh waktu dalam kesunyian
Kau hanya tidak tau perasaanmu yang mati
Kau kan menghampiriku jika waktunya tiba
Kau akan menerangiku
Kau akan membalas tiap sapaanku
Kau akan membalas dengan sepuluh jari di handphonemu
Kau akan menjadi sahabat hatiku
Kau tak bermaksud menyiksa hatiku
Kau akan menggenggam tanganku saat ku menggenggammu
Kau akan menjadi tempat berbagi cerita
Dan kau takkan membiarkanku hancur“

Berat rasanya menolak permintaanmu
Aku tetap bersikukuh apa yang kumau
Namun aku mencintaimu dari dasar palung hatiku
Ku berharap kau yang terakhir
Dan ingatlah....
Aku selalu disini untukmu
Takkan kubiarkan kau sedih
Takkan kubiarkan kau berjalan seorang diri
Percayalah aku akan selalu ada untukmu


„Teruntuk seseorang yang ingin menahan malam agar ia dapat terus memandangi bintang“

PESAN BALI

Kuta, Jimbaran, Sanur
Pasir, ombak, laut
Turis dan devisa
Bali

Pesona elok nikmat dipandang mata
Sajian lenggak-lenggok para penari Legong Keraton
Kearifan lokal lestari nan kokoh

Mereka, datang dari penjuru dunia tebarkan semangat indahnya berbudaya

Wahai manusia bermata biru, berambut pirang, berkulit tak berpigmen
Senang menyambut hadirmu di tanah Dewata ini
Senyum riang canda tawa serta berbagai kisah kehidupan lain
Menyatu di seluruh penjuru tanah Dewata
Aku sebarkan berbagai keindahan nyaman dan sedap
Untuk membuatmu tetap tinggal

Satu waktu aku terkejut
Teman-temanku di Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota-kota lain bertanya
Facebook, Twitter, Yahoo menjadi ajang saling bertanya
Dan mereka bertanya
„Good Morning, Mister. Do you know Bali?“
Secara lantang kau jawab “Yes, I know”
Lalu teman-temanku pun bertanya untuk memastikan
„Which country is Bali located?“
Tidakkah kau sadar?
Jawabanmu membuat mereka menahan tertawa
Ada pula beberapa dari mereka tertawa terkekeh dan menertawakanmu
Jawabanmu konyol untuk dimaklumi
„Bali is a country“

Wahai manusia bermata biru, berambut pirang, berkulit tak berpigmen
Aku ini bukan negara
Hanya saja tercipta sebagai pulau untuk menarikmu kesini
Memang seluruh dunia berkata aku memiliki daya pikat tersendiri
Setidaknya sebelum kau menginjakkan kakimu di tanah Dewataku ini
Kau harus telah lebih tau dimanakah posisiku

Aku ini sebuah pulau dari sebuah negara yang kaya
Aku ini bagian dari wilayah Sabang sampai Merauke
Aku berada di sebuah tanah negara yang subur dan makmur
Kau harus mengetahuinya
Negaramu mungkin telah lebih maju dari negaraku
Tapi belum tentu negaramu memilikiku

Jadi......
Satu pesanku untuk selalu kau ingat
Dan jangan lupa untuk disebarkan kepada teman-temanmu
Aku ini bukan negara Bali
Aku terikat, harus terikat, dan selalu terikat
Tapi memang inginku terikat
Oleh sebuah negara dimana penduduknya ramah
Negara dengan intensitas matahari yang sangat cukup
Ya! Negeri khatulistiwa
Aku ini bagian dari Indonesia

Indonesia yang kucinta